Sejarah Terbentuknya CRAST


Proses Terbentuknya CRAT dan Operasi Pertama di Daerah Bencana

Ketika terjadi gempa sebesar 6,4SR pada 28 Juli 2018 di Lombok, manajemen tauhid.or.id mulai berencana menyusun program bantuan untuk para korban gempa namun lebih difokuskan kepada program trauma healing untuk anak-anak. Namun karena saat itu tingkat kerusakan yang ada tidak terlalu luas maka perencanaan program tersebut tak kunjung dipublikasikan hingga kemudian terjadi gempa 7SR pada 5 Agustus 2018. Keeseokan harinya dipublikasikanlah program CRAST (children's relief and spreading tauhid) dalam bentuk program tebar buku dan trauma healing. Dalam waktu sangat singkat berbagai pihak mulai memberikan dukungan baik berupa donasi uang, berbagai bentuk barang, buku, mainan, maupun ketersediaan menjadi relawan yang pendaftarannya dilakukan melalui website ini.

Pada 8 Agustus 2018 CRAST mulai bergerak di Lombok dengan menyampaikan program kepada pihak-pihak terkait salah satunya adalah berkoordinasi langsung dengan Basarnas. Pada malam harinya tim relawan CRAST mulai terbentuk di Pancor setelah dilakukan pertemuan antara manajemen tauhid.or.id dan para relawan yang telah mendaftar. Selanjutnya disusun rencana penyaluran bantuan dan misi diperluas tidak hanya children's relief and spreading tauhid tetapi harus disertai dengan bantuan logistik dan kebutuhan primer lain karena semakin meluas dan bertambahnya tingkat kerusakan. Sejak saat itu akronim CRAST diperluas menjadi "community relief".

Desa Senggigi di bagian bukit sejatinya adalah titik pertama penyaluran bantuan berupa logistik bahan makanan pada sore hari 9 Agustus 2018 terlebih siang itu terjadi gempa dengan magnitudo cukup besar yaitu 6,4SR yang berpusat di Lombok Barat dan juga turun menghancurkan Kota Mataram dan Senggigi. Tim relawan CRAST malam itu terbagi menjadi dua kelompok untuk menuju Desa Loloan di Kecamatan Bayan yang telah diputuskan menjadi lokasi base camp pertama karena berbagai pertimbangan. Tiga kecamatan (Bayan, Gangga, dan Kayangan) adalah kecamatan dengan korban jiwa tertinggi namun akses dari sisi Tanjung cenderung tidak lancar karena ada beberapa jembatan rusak dan tim gabungan di bawah koordinasi BNPB fokus dengan evakuasi di sekitar Tanjung sehingga akses bantuan di pelosok tiga kecamatan tersebut cenderung minim. CRAST juga berencana untuk fokus di titik pelosok karena sumber daya yang dimiliki cukup mendukung yaitu didukung oleh tim Avalon Adventure, Faisal Rinjani, CBM Masbagik, dan beberapa unsur lain sehingga mampu menerobos titik-titik pelosok.

Dibantu oleh warga sekitar yang salah satunya adalah tokoh masyarakat di Desa Loloan, pagi 10 Agustus 2018 Posko Loloan berdiri dan menjadi pusat koordinasi serta storage untuk sekitar 2.000 kilogram beras dan berbagai barang lain. Selama tiga hari pertama setiap harinya tim bekerja dalam 3 shift terbagi dalam 2 hingga 4 kelompok untuk bergerak menerjang titik-titik yang sama sekali belum tersentuh bantuan. Informasi berasal dari berbagai kanal yang kemudian diverifikasi oleh tim dan langsung ditindaklanjuti setelah dibahas pada apel pagi dan malam di base camp. Selain logsitk, tim trauma healing mulai juga ikut bergerak untuk pada sebagian ekspedisi penyaluran bantuan. Pada 11 Agustus 2018 perwakilan CRAST juga memberikan laporan ke Lapangan  Supersemar Tanjung. Kisah operasi pertama di daerah bencana ini cukup berkesan bagi tim relawan CRAST Angkatan I dengan berbagai cerita salah satunya adalah lantunan bacaan Al-qur'an dari anak-anak di pengungsian yang sempat terekam oleh tim.